Selasa - 0 komentar

Ripin Bosan berdoa

Tak tahu.  Entah dari mana.  Mendadak sontak muncul rasa kebosanan.  Bukan hal yang biasa.  Karena Ripin betul-betul merasa bosan berdoa.
“Mulai hari ini aku tak mau berdoa,” kata Ripin kepada Kang Jalal saat usai salat jamaah di musola kecil dekat rumah.
“Kenapa, Kang?” kontan saja Kang Jalal Kaget setengah mati.
“Doa sudah menjadi rutinitas!” jawab Ripin begitu yakin.
Kang Jalal melongo mendengar jawaban Ripin.  Tak biasa-biasanya dia bicara seperti politikus basi.
“Doa itu senjata orang-orang miskin,” kata Kang Jalal mencoba meredakan emosi Ripin.
“Apa?” tanya Ripin.
“Hidup kita sudah susah.  Perjuangan akan semakin sulit.  Tanpa doa, tak akan mungkin kita dapat hidup,” jelas Kang Jalal.
“Tak.  Aku tak percaya.  Doa tak lagi lahir dari hati.  Doa sudah menjadi rutinitas tanpa makna.  Bahkan ustad Jalil pun sudah menjadi pendoa bayaran.  Bagaimana ini, Kang?!” Ripin agak emosi.
“Terus kamu mau apa?” Kang Jalal juga kesal saat mendapati Ripin tak lagi mau mendengar kata-katanya.
“Saya tak mau berdoa.  Apalagi berdoa bersama,” kata Ripin tegas.
Dan sejak saat itu Ripin selalu pergi sehabis salat berjamaah.  Ia menyepi sendiri.  Merenungi nasibnya yang tak pernah berubah setelah berdoa sekian lama.
Ripin hendak bekerja.  Karena bekerjalah doa yang sebenarnya.

0 komentar:

Posting Komentar